Sore hari, kala
hujan rintik-rintik..
Kirana
Anasthisya menikmati secangkir teh hijau hangat di halaman rumahnya. Percaya
atau tidak, baginya, teh hijau sangat bermanfaat untuk menetralkan suaranya
yang sedang terkena batuk. Sebenarnya tidak ada yang meneliti bahwa teh hijau
sebagai obat penetral suara. Yah, hanya saja Kirana yang mempercayai hal
tersebut. Dua hari lagi Kirana akan perform di Palembang Trade Center. Wajib
untuknya untuk menjaga keindahan suaranya. Tidak ingin kejadian 2 tahun yang
lalu terulang kembali, ketika Kirana sedang menjadi bintang tamu di acara ulang
tahun, tiba-tiba kerongkongannya gatal dan tidak bisa menyanyi secara
ekspresif. Benar-benar hal konyol yang ia rasakan saat itu..
Sedang
asyik bersantai, tiba-tiba pria tampan bergaya seperti eksekutif muda turun
dari mobil sedan mewah yang dikendarainya. Pria itu mencoba menutupi kepalanya
yang terkena air hujan sambil berlari kecil menuju kearah Kirana.
“Hey
Kirana, kebetulan kamu sedang dirumah. Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada
kamu. Walaupun ini sangat mendadak, saya harap kamu bisa menerima nya.” Ucap
pria berhidung mancung itu yang bernama Joe.
“Mr.
Joe, emang nya ada apa repot-repot datang kerumah saya, hujan-hujan begini.
Sepertinya penting sekali ya?” ucap Kirana yang sedikit terkejut melihat atasan
di agency nya itu.
“Kamu
sudah tahu kan event yang di adakan
Dinas Kebudayaan, bahwa besok jam 8 pagi event
Kontes Lagu Daerah 2012 akan dilaksanakan. Berhubung tante Devi berhalangan
menjadi juri, saya ingin kamu menggantikan posisinya sebagai juri. Karena saya
bingung, penyanyi yang sudah profesional di agency saya cuma
kamu. Saya sangat minta tolong sekali sama kamu, karena waktu kita tinggal
beberapa jam lagi..” ujar Mr.Joe dengan mengepalkan tangannya ke arah Kirana.
Hal yang sangat tidak biasa dilakukan atasan kepada bawahan.
“Mr.Joe,
apakah aku mampu buat menjadi juri? Sementara aku belum ada pengalaman sedikit
pun menjadi juri.”
“Itu
bukan alasan Kirana, awal memulai karier mu dari sini.. saya mohon Kirana.”
10
menit terasa hening, jantung Kirana berdebar, pikirannya yang tadi relax kini
menjadi galau. Sebenarnya dalam hati Kirana benar-benar ingin menjadi juri tapi
ia ragu. Akhirnya...
“Baiklah
Mr, aku terima job ini. Aku harap,
aku bisa menjalankan tugas ini dengan baik.” Jawab Kirana memberikan senyuman
lega kepada Mr.Joe.
“Terima
kasih Kirana! Terima kasih sudah membantu dan saya tidak perlu repot-repot
lagi. Oke, kalau begitu saya pamit dulu, untuk masalah fee, saya akan beri kamu bonus..”
“Wah,
terima kasih Mr.Joe sudah mempercayakan saya, terima kasih..”
“Sampai
jumpa besok..” Mr.Joe memutar mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah Kirana,
masih dalam keadaan hujan..Y
Malam
hari, di kamar Kirana..
“Yang
ini bagus nggak ya, aduh kayaknya nggak.. yang ini? Hemm, nggak juga.. Aduuuhhh
jadi aku harus pake baju yang mana?? Oh ya besok kan acara dari Dinas
Kebudayaan, pasti baju nya harus formal atau.. aku pake batik aja deh! Hihi”
ucap Kirana berbicara sendiri yang daritadi mencoba puluhan baju didepan
cermin.
Hal
baru bagi Kirana menjadi juri, Kirana ingin melakukan yang terbaik dan ia ingin
besok menjadi hari yang mengesankan untuknya. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu kamar Kirana terbuka.
“Kirana,
malam ini temenin mama cari sepatu di Palembang Square, disana banyak
sepatu-sepatu yang bagus. Besok mama jadi panitia di acara pernikahan anaknya
tante Lidya.” Ucap sang mama.
“Malam
ini ma?”
“Iya
sayang, kamu nggak mau? Yaudah mama minta temenin sama kak Wildan aja..”
“Mama,
tapi besok aku mau jadi juri di acara nya Dinas Kebudayaan. Aku harus persiapin
baju dan asesoris yang pas buat besok. Aku bingung ma, nggak ada baju yang pas
buat aku.”
“Gimana
kalau kita cari di mall?? Masih mau
nolak tawaran mama nih?” ucap mama Kirana sambil menggelitik perut Kirana yang
mungil.
“Ciyuuss?
Miapa?? Mau bangeeeett mama! Makasih ya ma..”
“Yuk,
siap-siap yang cantik ya anakku.”
“Beres
ma.”Y
Minggu
pagi yang cerah...
“Ma,
udah rapi kan? Bedak nya nggak menor kan ma?” Kirana melihat penampilannya di
depan cermin yang besar memperlihatkan seluruh badannya hingga ke kaki.
Tampaknya pagi itu membuat Kirana harus benar-benar berpenampilan spesial
seolah-olah Kirana akan mengikuti kontes tersebut.
“Udah
cantik anakku, rambutnya mama sisir lagi ya nak. ” Mama Kirana menyisir rambut
Kirana yang hitam tebal itu.
“Udah
ma, udah cantik kan? Yaudah aku pergi dulu ya ma, sudah jam 7 nih kan
perjalanannya jauh.
Kontes
Penyanyi Daerah tersebut dilaksanakan di Gedung PSCC, Palembang Sport and
Convention Center. Cukup jauh dari jarak rumah Kirana yang berada di Komplek
Pertamina Plaju. Kirana bergegas pamitan dengan mamanya dan segera menuju ke
mobil sedan silver yang dikendarainya. “Pergi ya ma, assalamualaikum.”
“Walaikumsallam,
hati-hati nak jangan ngebut, semoga acaranya lancar.”Y
Handphone layar sentuh
Kirana berdering, menandakan ada sebuah pesan dari layar handphone nya.
|
Seketika
pesan itu menyesakkan dadanya. Kirana lupa bahwa ia sudah berjanji dengan
Dannis, sahabat nya yang sedang putus cinta. Kirana langsung menelpon Dannis...
“Halo Dannis, lo
dimana? Maaf banget gue lupa kasih tau lo kalo hari ini gue jadi juri di acara
nya Dinas Kebudayaan. Gue harap lo ngerti ya, ini job dadakan gue, Nis.”
“Serius lo
batalin janji sama gue? Emang segitu penting ya tu acaranya? Lo nggak tau gue
lagi galau, pusing, emosi, gue butuh lo Kirana. Gue butuh lo.”
“Dannis maaf
banget Dannis, ngertiin gue. Gue sahabat lo, Nis. Gue pengen lo support gue
hari ini.”
“Terserah deh,
gue pusing.”
“Dannis, hallo?
Hallo? Dannis?!”
Percakapan
terhenti karena Dannis mematikan handphone nya. Sudah tidak asing lagi kalau
Dannis bertingkah seperti itu. Dannis memang tempramental dan suka marah-marah,
itulah sebab banyak cewek yang mutusin dia. Tapi Dannis nggak pernah sadar.
Seperti sekarang, ucapan Dannis seketika merusak mood Kirana yang sudah
bersemangat untuk menjadi juri. Benar-benar keterlaluan Dannis.
“Dannis
lo nggak pernah berubah ya dari pertama gue ngenal lo, walaupun gue udah biasa
sama tingkah lo tapi gue tetep sedih kalo lo terus-terusan kayak gini.” Celoteh
Kirana sambil meneteskan air mata nya, Kirana tak peduli bedaknya pudar atau lipgloss nya pun pudar. Sebelum ia
menjadi juri, ia ingin meluapkan segala kekesalan nya tersebut di dalam
mobilnya.Y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar