Senin, 18 Maret 2013

Tunggu Aku di Palembang Part 1 (By: Adelia Kirana)


Sore hari, kala hujan rintik-rintik..

Kirana Anasthisya menikmati secangkir teh hijau hangat di halaman rumahnya. Percaya atau tidak, baginya, teh hijau sangat bermanfaat untuk menetralkan suaranya yang sedang terkena batuk. Sebenarnya tidak ada yang meneliti bahwa teh hijau sebagai obat penetral suara. Yah, hanya saja Kirana yang mempercayai hal tersebut.  Dua hari lagi Kirana akan perform di Palembang Trade Center. Wajib untuknya untuk menjaga keindahan suaranya. Tidak ingin kejadian 2 tahun yang lalu terulang kembali, ketika Kirana sedang menjadi bintang tamu di acara ulang tahun, tiba-tiba kerongkongannya gatal dan tidak bisa menyanyi secara ekspresif. Benar-benar hal konyol yang ia rasakan saat itu..
Sedang asyik bersantai, tiba-tiba pria tampan bergaya seperti eksekutif muda turun dari mobil sedan mewah yang dikendarainya. Pria itu mencoba menutupi kepalanya yang terkena air hujan sambil berlari kecil menuju kearah Kirana.
“Hey Kirana, kebetulan kamu sedang dirumah. Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada kamu. Walaupun ini sangat mendadak, saya harap kamu bisa menerima nya.” Ucap pria berhidung mancung itu yang bernama Joe.
“Mr. Joe, emang nya ada apa repot-repot datang kerumah saya, hujan-hujan begini. Sepertinya penting sekali ya?” ucap Kirana yang sedikit terkejut melihat atasan di agency nya itu.
“Kamu sudah tahu kan event yang di adakan Dinas Kebudayaan, bahwa besok jam 8 pagi event Kontes Lagu Daerah 2012 akan dilaksanakan. Berhubung tante Devi berhalangan menjadi juri, saya ingin kamu menggantikan posisinya sebagai juri. Karena saya bingung, penyanyi yang sudah profesional di agency saya cuma kamu. Saya sangat minta tolong sekali sama kamu, karena waktu kita tinggal beberapa jam lagi..” ujar Mr.Joe dengan mengepalkan tangannya ke arah Kirana. Hal yang sangat tidak biasa dilakukan atasan kepada bawahan.
“Mr.Joe, apakah aku mampu buat menjadi juri? Sementara aku belum ada pengalaman sedikit pun menjadi juri.”
“Itu bukan alasan Kirana, awal memulai karier mu dari sini.. saya mohon Kirana.”
10 menit terasa hening, jantung Kirana berdebar, pikirannya yang tadi relax kini menjadi galau. Sebenarnya dalam hati Kirana benar-benar ingin menjadi juri tapi ia ragu. Akhirnya...
“Baiklah Mr, aku terima job ini. Aku harap, aku bisa menjalankan tugas ini dengan baik.” Jawab Kirana memberikan senyuman lega kepada Mr.Joe.
“Terima kasih Kirana! Terima kasih sudah membantu dan saya tidak perlu repot-repot lagi. Oke, kalau begitu saya pamit dulu, untuk masalah fee, saya akan beri kamu bonus..”
“Wah, terima kasih Mr.Joe sudah mempercayakan saya, terima kasih..”
“Sampai jumpa besok..” Mr.Joe memutar mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah Kirana, masih dalam keadaan hujan..Y

Malam hari, di kamar Kirana..
“Yang ini bagus nggak ya, aduh kayaknya nggak.. yang ini? Hemm, nggak juga.. Aduuuhhh jadi aku harus pake baju yang mana?? Oh ya besok kan acara dari Dinas Kebudayaan, pasti baju nya harus formal atau.. aku pake batik aja deh! Hihi” ucap Kirana berbicara sendiri yang daritadi mencoba puluhan baju didepan cermin.
Hal baru bagi Kirana menjadi juri, Kirana ingin melakukan yang terbaik dan ia ingin besok menjadi hari yang mengesankan untuknya. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu kamar Kirana terbuka.
“Kirana, malam ini temenin mama cari sepatu di Palembang Square, disana banyak sepatu-sepatu yang bagus. Besok mama jadi panitia di acara pernikahan anaknya tante Lidya.” Ucap sang mama.
“Malam ini ma?”
“Iya sayang, kamu nggak mau? Yaudah mama minta temenin sama kak Wildan aja..”
“Mama, tapi besok aku mau jadi juri di acara nya Dinas Kebudayaan. Aku harus persiapin baju dan asesoris yang pas buat besok. Aku bingung ma, nggak ada baju yang pas buat aku.”
“Gimana kalau kita cari di mall?? Masih mau nolak tawaran mama nih?” ucap mama Kirana sambil menggelitik perut Kirana yang mungil.
“Ciyuuss? Miapa?? Mau bangeeeett mama! Makasih ya ma..”
“Yuk, siap-siap yang cantik ya anakku.”
“Beres ma.”Y
Minggu pagi yang cerah...
“Ma, udah rapi kan? Bedak nya nggak menor kan ma?” Kirana melihat penampilannya di depan cermin yang besar memperlihatkan seluruh badannya hingga ke kaki. Tampaknya pagi itu membuat Kirana harus benar-benar berpenampilan spesial seolah-olah Kirana akan mengikuti kontes tersebut.
“Udah cantik anakku, rambutnya mama sisir lagi ya nak. ” Mama Kirana menyisir rambut Kirana yang hitam tebal itu.
“Udah ma, udah cantik kan? Yaudah aku pergi dulu ya ma, sudah jam 7 nih kan perjalanannya jauh.
Kontes Penyanyi Daerah tersebut dilaksanakan di Gedung PSCC, Palembang Sport and Convention Center. Cukup jauh dari jarak rumah Kirana yang berada di Komplek Pertamina Plaju. Kirana bergegas pamitan dengan mamanya dan segera menuju ke mobil sedan silver yang dikendarainya. “Pergi ya ma, assalamualaikum.”
“Walaikumsallam, hati-hati nak jangan ngebut, semoga acaranya lancar.”Y
Handphone layar sentuh Kirana berdering, menandakan ada sebuah pesan dari layar handphone nya.

Kirana, jadi nggak hari ini? Jangan bilang lo nggak jadi ya. Gue bete dirumah.
 
                                                                                                                                          

Seketika pesan itu menyesakkan dadanya. Kirana lupa bahwa ia sudah berjanji dengan Dannis, sahabat nya yang sedang putus cinta. Kirana langsung menelpon Dannis...
“Halo Dannis, lo dimana? Maaf banget gue lupa kasih tau lo kalo hari ini gue jadi juri di acara nya Dinas Kebudayaan. Gue harap lo ngerti ya, ini job dadakan gue, Nis.”
“Serius lo batalin janji sama gue? Emang segitu penting ya tu acaranya? Lo nggak tau gue lagi galau, pusing, emosi, gue butuh lo Kirana. Gue butuh lo.”
“Dannis maaf banget Dannis, ngertiin gue. Gue sahabat lo, Nis. Gue pengen lo support gue hari ini.”
“Terserah deh, gue pusing.”
“Dannis, hallo? Hallo? Dannis?!”
Percakapan terhenti karena Dannis mematikan handphone nya. Sudah tidak asing lagi kalau Dannis bertingkah seperti itu. Dannis memang tempramental dan suka marah-marah, itulah sebab banyak cewek yang mutusin dia. Tapi Dannis nggak pernah sadar. Seperti sekarang, ucapan Dannis seketika merusak mood Kirana yang sudah bersemangat untuk menjadi juri. Benar-benar keterlaluan Dannis.
“Dannis lo nggak pernah berubah ya dari pertama gue ngenal lo, walaupun gue udah biasa sama tingkah lo tapi gue tetep sedih kalo lo terus-terusan kayak gini.” Celoteh Kirana sambil meneteskan air mata nya, Kirana tak peduli bedaknya pudar atau lipgloss nya pun pudar. Sebelum ia menjadi juri, ia ingin meluapkan segala kekesalan nya tersebut di dalam mobilnya.Y

Tidak ada komentar:

Posting Komentar