Sabtu, 23 Maret 2013
Kamis, 21 Maret 2013
Kesabaran
Saya pernah mendengar cerita mengenai seseorang yang baru saja kembali dari perang dengan sindrom panca trauma. Istrinya merasa tidak mampu menghadapi sang suami yang terkena sindrom. Sang istri sudah siap untuk meninggalkan suaminya. Namun, sebelum meninggalkan sang suami, ia mencari bantuan dari orang pintar yang dapat menyembuhkan sindrom si suami.
Orang pintar itu menyarankan untuk membuat ramuan bagi suaminya, tetapi ramuan itu membutuhkan bulu beruang. Sang istri menghabiskan waktu berbulan-bulan berteman dengan beruang di dalam gua. Ia berhasil mendekati beruang itu sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhasil mencabut bulunya dan lari pulang. Lalu ia membawa bulu beruang itu kepada si orang pintar.
Orang pintar itu membuang bulu beruangnya ke dalam api. Istri itu berseru, "Saya mempertaruhkan hidup saya untuk bulu-bulu itu. Anda harus membuatkan ramuan untuk suami saya."
Author : Dr. Bernie Siegel
Senin, 18 Maret 2013
Tunggu Aku di Palembang 3 (By: Adelia Kirana)
Dua bulan kemudian di Rempah-rempah resto..
Pukul 8 malam, Kirana menghabiskan malam minggunya
bersama teman-teman agency nya. Sambil menikmati teh hijau kesukaannya, Kirana
benar-benar lupa akan masalahnya dengan Dannis. Tawa dan canda serta obrolan
hangat menyelimuti malam minggu kali ini. Dari kejauhan, seorang pria berhidung
mancung dan berbibir tipis sedang melempar pandangan kearah Kirana. Gerak gerik
Kirana tak satupun lepas dari pandangan pria yang sedang berpura-pura bermain
ponselnya itu. Pria itu memberanikan diri mendekati Kirana yang sedang membuka website dari laptopnya.
“Kirana..”
Kirana membalikkan badan mencoba mencari tahu siapakah
yang memanggil namanya.
“Richard?? Kamu disini? Kenapa kamu nggak bilang aku
kalo kamu ke Palembang? Kamu keterlaluan ya sama aku, nggak ada kabar terus
datang dan pergi sesuka kamu. Maksud kamu apa sih.” ucap Kirana yang sedikit
jengkel melihat Richard yang tiba-tiba sudah ada di depan matanya.
“Maaf Kirana, aku sibuk beberapa bulan ini. Aku
bermaksud ingin menemui kamu besok, tapi apadaya kita udah ketemu disini, dan
aku pengen ngobrol banyak sama kamu. Maafin aku ya.” Ujar Richard berdiri
tertegun tak diberi izin duduk oleh Kirana.
Kirana rindu sekali melihat wajah Richard dan Kirana
merasa nyaman jika Richard terus di sampingnya. Tapi Kirana bersikap jual mahal
ke Richard yang tulus bela-belain datang ke Palembang untuk menemui Kirana.
Untungnya, Kirana masih mau memaafkan kesalahan Richard.
Akhirnya
Kirana memutuskan untuk jalan bersama Richard dan meninggalkan teman-temannya.
Untung saja teman-temanny memaklumi keadaan Kirana. Richard mengajak ke suatu
tempat yang nyaman, tapi tempat itu belum pernah dikunjunginya, Benteng Kuto
Besak.
“Kita
ngapain kesini?” Tanya Kirana yang mengibaskan rambutnya yang lurus itu.
“Aku cuma
pengen nikmatin suasana yang indah sama kamu di tempat ini, tempat pertama kali
aku kunjungin apalagi dengan wanita cantik kayak kamu.”
“Gombal
deh mulai gombal..”
Asyiknya
malam itu mereka lewati walau hanya duduk melihat ombak dari sungai Musi.
Sungguh malam yang dingin dilalui dengan canda tawa, kadang mereka saling
bertukaran lirik lagu dan bernyanyi bersama tanpa memperdulikan orang-orang di
sekitar. It’s romantic moment.
“Oh
ya tunggu bentar ya cantik, ada telfon.”
2
menit kemudian.
“Itu siapa?” Tanya Kirana penuh curiga.
“Eeeee, biasa. Mama aku suka banget nelfon-nelfon.”
“Beneran? Coba aku liat ponsel kamu.”
“Loh, kamu kayak polisi aja deh, hehe. Tunggu ya.”
“Aduh lama amat, sini sini.” Kirana menarik ponsel
Richard dengan terpaksa. “Wah, foto-foto kamu cute semua ya padahal kamu anak band.”
“Emang anak band nggak boleh cute gitu?”
Jantung Kirana seolah terhenti melihat foto seorang
cewek yang sedang mencium pipi Richard didalam mobil. Banyak foto-foto mesra
Richard dengan cewek tersebut. Untuk menghilangkan penasarannya, Kirana lancang
membuka pesan singkat di ponsel layar sentuh itu. Ternyata, tidak pernah
disangka oleh Kirana, Richard sudah memiliki pacar! Banyak pesan singkat dari
kontak bernama “she’s only one” yang
berisi kata-kata mesra dengan panggilan “sayang”.
“Oh, jadi gini ya maksud kamu. Nggak perlu jelasin
lagi sudah jelas kok. Aku memang bukan siapa-siapa di hidup kamu. Tapi tolong
hargai keberadaan aku. Aku tau, aku disini cuma ganggu kehidupan kalian! Dan
aku cewek paling bodoh, cupu, polos yang begitu percaya nya dengan kata-kata
romatis kamu yang fake itu!” Kirana
mengeluarkan amarahnya, sama sekali tidak pernah dibayangkannya bahwa Richard
sudah punya pacar. Hati Kirana amat robek, teriris-iris, seolah-olah hatinya
ingin memberontak kepada otaknya.
“Maksud kamu apa?” Richard berpura-pura bodoh tapi
perasaannya ikut kusut mendengar ucapan-ucapan dari mulut Kirana. “Kali ini aku
minta maaf, kamu perempuan terbaik di hati aku, kamu lebih dari indah,Kir! Aku
sayang sama kamu, aku nggak pernah nyangka kalo kamu juga sayang sama aku. Aku
akan akhiri hubungan aku dengan cewek itu! Aku tetap milih kamu, aku usaha, aku
lakuin semua biar kamu seneng dan bahagia, karena aku tulus sama kamu!” Richard
menarik tangan Kirana, tetapi Kirana meninggalkan tempat yang indah di penuhi
lampu-lampu yang terlihat dari jembatan Ampera. “Kirana, aku akan balik lagi
kesini, di tempat ini. Tunggu aku disini! :’)”. Air mata Richard jatuh, ia tak
mampu menahan Kirana yang pergi meninggalkannya. Ia lebih mementingkan hatinya
yang tak tertahan menahan semua kesalahan nya kepada Kirana. Cinta di antara
mereka kini menjadi keping-keping yang telah di lempar di sungai. Tragis. Y
Tante Shinta, Mama Kirana sudah tahu semua yang
dialami anaknya semalam. Richard sudah menelpon tante Shinta. Richard sudah
menjelaskan sejelas-jelasnya agar tidak terjadi salah paham lagi. Untung saja tante
Shinta mengerti kondisi dua pasang anak muda yang sedang dilanda patah hati
ini. Richard berjanji kepada tante Shinta untuk kembali lagi ke Palembang pada
saat menjelang tahun baru untuk meminta maaf kepada Kirana dan untuk memberi
kejutan di hari ulang tahun Kirana yang ke-20.
Tante Shinta dengan senang hati menerima tawaran dari
Richard. Lagipula tak ada yang perlu dicurigai karena mama nya Richard adalah
teman akrab Tante Shinta. Jadi, tante Shinta sudah paham dan tahu betul dengan
Richard dari Richard masih dalam perut ibunya. Y
1 bulan kemudian, tanggal 30 Desember 2012..
“Dannis, buruan mana boneka dan bunganya? Bentar lagi
Kirana selesai nge-job, ayo!” Ucap Richard yang ternyata telah menyiapkan kado-kado
special di hari ulang tahun Kirana. Sambil menunggu Kirana yang menjadi bintang
tamu di acara music yang diadakan salah satu perusahaan rokok terbesar di
Indonesia.
“Sudah siap semua bos, ayo kita menuju ke tempat
Kirana!” Ucap Dannis sambil merapikan topi dan kaca mata ala Dochi personil Pee
Wee Gaskins.
Jam 7 malam, Richard mempersiapkan lagu ciptaannya
sendiri yang berjudul “Kirana”. Diam-diam, Richard juga diundang dalam acara
itu. Pembawa acara semakin membuat penonton penasaran ingin melihat idolanya
beraksi diatas panggung. Dengan gitar kesayangannya dan dibalut dengan alunan
musik akustik, Richard membuka acara dengan lagu yang sudah disiapkannya 3
bulan yang lalu.
♫Maaf kan aku yang selalu menyakitimu,
Mengkhianatimu, izinkan aku untuk slalu disampingmu
Hari ini aku akan ungkapkan besarnya cintaku untukmu
Selamat ulang tahun Kirana, berikan yang terbaik di usia dewasa mu
Baru kusadari,Tuhan member hadiah terbesar untukku
Aku ingin hari ini kau menjadi
milikku, KiranaJ ♫
Kirana duduk di salah satu kursi di backstage sambil melihat cermin dan
membetulkan make-up nya yang sedikit pudar. Kirana masih terbayang suara yang
tak asing lagi di telinganya tadi. Kirana tahu bahwa itu Richard, apa maksud
Richard barusan?
“Kirana..”
Sepertinya Kirana sudah hafal dengan logat seperti
ini, ini pasti Richard. “Eh kamu.”
“Selamat ulang tahun Kirana. Jadilah wanita yang kuat
dan dewasa, semua orang sayang sama kamu.” Ucap Richard yang sedikit gugup di
hadapan wanita yang ia cintai itu.
“Makasih ya, makasih banyak juga udah repot-repot
bikin lagu kayak tadi. Aku suka.”
“Iya sama-sama, aku mau bicara sama kamu. Aku minta
maaf atas kejadian 1 bulan yang lalu. Aku benar-benar lelaki yang bodoh, yang
menyia-nyiakan dan menyakiti hati kamu yang tulus mencintai aku. Aku sadar, aku
nggak pantes jadi bagian dari hidup kamu. Tapi aku janji dengan diri aku,
semampu aku, aku akan bahagiain kamu. Aku pengen kamu jadi pacar aku.” Richard
sudah mempersiapkan bunga mawar putih ditangan nya dan diberikannya kepada
Kirana. Tanpa berfikir panjang, Kirana menerima bunga itu dengan senyum malu.
Hal yang paling ditunggu-tunggu Kirana dari sosok pria yang di sayanginya.
“Maafin aku juga Richard.” Kirana memeluk Richard
dengan erat seakan tak ingin lepas lagi.
Tiba-tiba, teman-teman Kirana sudah berdiri dibelakang
nya menyanyikan lagu selamat ulang tahun, disana terlihat Dannis yang
ikut-ikutan memberi kejutan untuk Kirana. Wajah Kirana memerah malam itu,
benar-benar hari special untuknya. Kirana melepaskan pelukannya dan memeluk
teman-teman yang sudah merencanakan ini semua bersama dengan Richard.
“Happy birthday Kirana, kami semua sayang sama kamu.
Bentar lagi lo mau di lamar kan? Selamat ya..” Ucap Dannis yang memegang kue
ulang tahun ergambar Patrick star dan sahabat perempuan Kirana yang memegang
terompet uang tahun.
“Lamar? Maksud lo, Nis? Kirana langsung menoleh kearah
Richard, Richard menahan senyum malu dan pura-pura tidak melihat Kirana. Kirana
hanya bisa tersenyum dan memeluk erat semua sahabat-sahabatnya.
“Aku sudah memutuskan untuk tinggal di Palembang
dengan mama aku. Dan dalam waktu dekat ini, aku akan melamar kamu, Kirana..”
Ucap Richard yang berdiri dibelakangnya, ikut berpelukan bersama semua sahabat.
Cerita hari ini akan di catat dalam lembaran kehidupan Kirana.
Kirana tak mampu menahan kebahagiaan di hari ulang
tahunnya. Kirana kini mengerti, kesetiaan dan kebaikan yang tulus pasti akan
dibalas dengan kebaikan pula. Tuhan tahu mana yang terbaik untuk kita, dimanapun pangeran itu, darimana pun
pangeran itu, kita tidak akan pernah tahu kapan ia akan datang di kehidupan
kita. Karena cinta adalah tatapan masa depan kehidupan seseorang.♥
Tunggu Aku di Palembang Part 2 (By: Adelia Kirana)
Kirana
mencoba menyembunyikan amarahnya, dilihat nya lah matanya yang sedikit sembab,
sebisa mungkin matanya di beri poletan agar tidak terlihat sembab. Perasaan
Kirana sudah mendingan. Suasana lomba yang meriah pun sudah terlihat dari sisi
tempat Kirana memarkirkan mobilnya. “Tuhan,
lancarkanlah pekerjaanku hari ini.”
Kirana
terlihat anggun saat itu dengan dress hitam dibalut bolero bercorak batik motif
Palembang dipadukan dengan black wedges
punya mama nya saat masih muda. Wajahnya yang oriental membuat orang-orang yang
ada di sekitar nya terpana. Ternyata tidak sia-sia Kirana galau semalaman
memilih outfit untuk acara hari ini
kalau hasilnya memang maksimal. Detak jantungnya, ia rasakan sendiri ketika
semakin mendekati tempat duduk juri yang telah di persiapkan panitia. Seakan
menjadi tamu yang dihormati, Kirana memberi senyuman kepada peserta dan 2 juri
lainnya yang berasal dari kota yang berbeda. God, this my first job!
Sebentar
lagi, Kontes Lagu Daerah 2012 akan segera dimulai. Peserta dari berbagai daerah
pun sudah duduk rapi ditempat yang telah disediakan. Pembawa acara yang dibawa
langsung dari Jakarta pun memulai acara.
“Selamat
pagi semua nya. Hari ini kita sama-sama akan menyaksikan remaja-remaja
Indonesia yang memiliki potensi di bidang menyanyi, terutama menyanyikan lagu
daerah. Sebelumnya saya akan memperkenalkan para juri yang telah hadir dan
bersedia menilai serta memberi kritikan kepada peserta Kontes Lagu Daerah 2012,
juri pertama kita adalah Natalia Koeswardini, seorang pencipta lagu yang profesional,
beri tepuk tangannya kepada mbak Natalia.”
Keramaian,
teriakan dan tepuk tangan penonton begitu antusias di dalam gedung tersebut.
“Juri
kedua kita adalah Richard Abraham, salah satu anggota band NineZ yang sudah
berpengalaman dalam bidang musik, dan juga kariernya diawali dengan menjadi
penyanyi lagu daerah di salah satu TV swasta” tepuk tangan dari penonton
kembali menggebu-gebu, salah satu penonton meneriaki nama Richard, orang itu
seperti sedang menonton konser boyband
Korea saja.
“Dan
juri kita yang terakhir, wanita cantik yang sudah malang melintang dalam dunia
musik dan tari, siapa yang tak kenal dia? Kirana Anasthisya. Beri tepuk
tangannya sekali lagi untuk ketiga juri kita pada pagi hari ini.” Pembawa acara
membaca nama-nama peserta dan asal daerahnya.
Sekarang
Kirana tidak deg-degan lagi untuk menjalankan tugasnya sebagai juri. Kirana
begitu menikmati acara hari itu dan Kirana memberikan kritikan-kritikan yang
sangat membangun untuk adik-adik generasi di bawahnya. Alunan musik daerah yang
sangat khas, berasal dari 33 provinsi lagu-lagu didendangkan sehingga penonton
menjadi penikmat musik yang baik pada saat itu. Ditambah lagi dekorasi panggung
yang sangat kental dengan adat Palembang.
Acara
yang berjalan selama 3,5 jam itu berlangsung dengan lancar tanpa hambatan
sedikit pun. Kirana merasa lega dan bangga bisa menjadi juri disini. Mr.Joe
menghampirinya dan memberikan selamat atas pekerjaan yang sudah dilakukannya
dengan baik dan sesuai prosedur.
“Kirana,
selamat ya! Kamu bisa kan? Nggak ada yang susah jadi juri, kamu hanya perlu
menelaah lagi mana yang seharusnya diperbaiki dari penyanyi tersebut. Oke.”
Ucap Mr.Joe yang terlihat cute
seperti Zayn Malik dengan baju batik yang dikenakannya.
“Terima
kasih Mr.Joe sudah memberikan peluang kepada aku, nanti akan aku perbaiki lagi
mana yang kurang. Kalau begitu aku pulang dulu ya Mr.Joe.”
“Iya
hati-hati ya.”Y
Kirana
merasa ada barangnya yang tertinggal di backstage. Tas yang berisi souvenir
dari penyelenggara acara ternyata masih terlihat rapi di backstage.Tidak sengaja terlihat dari matanya, Kirana melihat
dari jauh seorang pria yang tidak asing lagi dilihatnya sedang duduk di salah
satu bangku VIP. Itu adalah Richard, ya Richard Abraham partner nya bekerja tadi. Richard juga melihat Kirana yang sedang
berdiri seperti patung melihat kearahnya. Mereka sama-sama saling menatap dari
kejauhan di dalam gedung itu.
“Kirana!
Tunggu disana ya jangan kemana-mana ya. Aku kesana, kamu jangan kemana-mana.”
Teriak Richard dan langsung bergegas menuju Kirana.
Kirana
senyum dan sedikit salah tingkah tapi suka
mendengar teriakan Richard tadi. Perasaan Kirana sekarang deg-degan, pipinya
memerah, bibirnya kelu dan gerakannya seperti tidak jelas, apa jangan-jangan
Kirana suka dengan Richard? Entahlah..
“Kirana,
aku kira kamu langsung pergi pas aku panggil tadi, hehe.” Ucap Richard sambil
menggaruk-garuk halus rambutnya.
“Nggak
lah, kamu kan sudah manggil tadi. Masa’ aku langsung pergi sih.” Ucap Kirana
tersipu malu. Tidak seperti biasa Kirana bertingkah seperti ini kepada cowok.
Biasanya Kirana bersikap akrab dan tidak kaku seperti ini. Ehemm
jangan-jangan..
“Kirana
pulang sama siapa? Aku antar pulang yuk.” Ajak Richard sedikit berlagak playboy.
“Emang
kamu tahu jalan di daerah sini? Kamu kan anak Bandung, bukan anak Palembang.
Entar kalo nyasar gimana? Haha ada-ada aja kamu..” ucap Kirana dengan logat
yang lembut, bukan seperti logat orang Palembang biasanya.
“Aku
tahu lah jalan disini, soalnya aku sering main kesini.. Aku juga tahu, kamu
bawa kendaraan kan? Jadi mobil kamu titip aja disini nanti kita balik lagi
kesini, terus aku antar kerumah kamu. Kamu pake mobil kamu, aku pake aku, fix
nggak?”
“Eh,
kamu pasti udah ngerencanain daritadi ya sampe-sampe tau gitu kalo aku bawa
mobil. Nggak deh kamu aja yang jalan-jalan, aku mau pulang. Dah..” Kirana
pura-pura jual mahal tapi sebenarnya dia bener-bener mau jalan sama Richard.
Richard
menghadang Kirana untuk pergi, dan Richard refleks menarik tangan Kirana yang
lembut itu. “Ayo, kita jalan-jalan di kota pempek!”
“Oh my God, anak band terkenal ngajakin aku
jalan.. it’s special moment God”Y
Siang
hari..
Kirana
dan Richard makan siang di salah satu warung pindang terlezat dan terenak serta
terkenal dengan harga miring. Sepertinya Kirana sudah nyaman dengan
perbincangan singkatnya bersama Richard. “Richard
kamu itu lucu, nggak tempramental kayak Dannis dan dewasa banget. Andai saja
kamu tau kalo aku naksir berat sama kamu, upsss, cukup aku yang rasakan cinta
kilat ini”
“Kirana,
besok aku sudah balik lagi ke Bandung. Banyak agenda sama band aku untuk akhir
tahun ini, aku rasa kamu juga begitu kan? Jujur ya Kir, aku bener-bener suka
sama sifat kamu, gemesin, lucu dan asyik di ajak ngobrol apalagi kita berasal
dari pekerjaan yang sama, sama-sama cinta musik. Kenal kamu aja belom 12 jam,
tapi kamu kayak udah melekat banget di pikiran aku. Jujur, aku jujur sejujur-jujurnya.”
Ucap Richard yang daritadi sudah menghabiskan nasi pindangnya.
Kirana
sejenak menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang sendok, jantung
berdebar, pikiran sudah kemana-mana tapi untung saja bibirnya masih bisa
berkata “Ehemmm, gombal siang bolong euy,
kumaha atuh akang.”
“Yaudah
kalo gitu, buruan abisin makanannya. Terus kita jalan lagi, ayuk..” Richard
mencoba melupakan ucapan nya dan bersikap seperti biasa.Y
Pagi
hari, Kirana belum beranjak dari tempat tidur dan melihat sebuah pesan dari
Richard.
|
||||
|
||||
|
Kirana
kembali menarik selimut dan memutar lagu still virgin-dear ndut! ditengah
dinginnya pagi Kirana merasakan sangat cepat kehilangan sosok pria yang sedang
dicintainya. Richard!
¯Hanya kali ini tak ingin kau pergi
Walau sejenak tuk pejamkan mata ini
Mungkin waktu ini terlalu lama bagiku
Tuk memintamu slalu ada di sampingku
Coba genggamlah tanganku dan biarkanlah
diriku menjagamu hingga kau terlelap
Ku kan menunggumu karna kau sangatlah berarti
untukku
Mungkin ku terlalu mencintaimu¯Y
Di kampus..
“Kemaren lo jalan sama siapa?” Tiba-tiba
Dannis datang dengan suara yang mengejutkan menghampiri Kirana yang sedang
menulis tugasnya.
“Nyantai aja, Nis. Lo ngerusak mood
gue aja!”
“Kok lo gini
sih, Kirana?? Udah berani bentak gue, gue khawatir lo jalan sama anak band itu
dan lo bela-belain ngebatalin janji sama gue.”
“Terserah
lo deh, gue males. Mending lo instrospeksi dulu aja deh, gue udah lama kenal
lo, makin lama makin didiemin lo makin jadi, Nis. Gue yang seharusnya khawatir!
Khawatir sama sikap lo ke gue!” Kirana meninggalkan kelasnya dengan kesal tanpa
malu dilihat oleh teman-teman nya.
Dannis
mengejar Kirana berharap Kirana akan
mencabut kata-katanya itu.
“Kirana, gue seneng liat lo deket sama cowok. Tapi
tolong liat perasaan gue, temenin gue kalo gue lagi terpuruk. Gue sayang lo,
banget.” Ucap Dannis memegang terat tangan Kirana, tapi Kirana menghempaskan
tangannya, ingin secepatnya meninggalkan tempat itu.
“Kirana! Kirana!” Y
Tunggu Aku di Palembang Part 1 (By: Adelia Kirana)
Sore hari, kala
hujan rintik-rintik..
Kirana
Anasthisya menikmati secangkir teh hijau hangat di halaman rumahnya. Percaya
atau tidak, baginya, teh hijau sangat bermanfaat untuk menetralkan suaranya
yang sedang terkena batuk. Sebenarnya tidak ada yang meneliti bahwa teh hijau
sebagai obat penetral suara. Yah, hanya saja Kirana yang mempercayai hal
tersebut. Dua hari lagi Kirana akan perform di Palembang Trade Center. Wajib
untuknya untuk menjaga keindahan suaranya. Tidak ingin kejadian 2 tahun yang
lalu terulang kembali, ketika Kirana sedang menjadi bintang tamu di acara ulang
tahun, tiba-tiba kerongkongannya gatal dan tidak bisa menyanyi secara
ekspresif. Benar-benar hal konyol yang ia rasakan saat itu..
Sedang
asyik bersantai, tiba-tiba pria tampan bergaya seperti eksekutif muda turun
dari mobil sedan mewah yang dikendarainya. Pria itu mencoba menutupi kepalanya
yang terkena air hujan sambil berlari kecil menuju kearah Kirana.
“Hey
Kirana, kebetulan kamu sedang dirumah. Saya ingin menyampaikan sesuatu kepada
kamu. Walaupun ini sangat mendadak, saya harap kamu bisa menerima nya.” Ucap
pria berhidung mancung itu yang bernama Joe.
“Mr.
Joe, emang nya ada apa repot-repot datang kerumah saya, hujan-hujan begini.
Sepertinya penting sekali ya?” ucap Kirana yang sedikit terkejut melihat atasan
di agency nya itu.
“Kamu
sudah tahu kan event yang di adakan
Dinas Kebudayaan, bahwa besok jam 8 pagi event
Kontes Lagu Daerah 2012 akan dilaksanakan. Berhubung tante Devi berhalangan
menjadi juri, saya ingin kamu menggantikan posisinya sebagai juri. Karena saya
bingung, penyanyi yang sudah profesional di agency saya cuma
kamu. Saya sangat minta tolong sekali sama kamu, karena waktu kita tinggal
beberapa jam lagi..” ujar Mr.Joe dengan mengepalkan tangannya ke arah Kirana.
Hal yang sangat tidak biasa dilakukan atasan kepada bawahan.
“Mr.Joe,
apakah aku mampu buat menjadi juri? Sementara aku belum ada pengalaman sedikit
pun menjadi juri.”
“Itu
bukan alasan Kirana, awal memulai karier mu dari sini.. saya mohon Kirana.”
10
menit terasa hening, jantung Kirana berdebar, pikirannya yang tadi relax kini
menjadi galau. Sebenarnya dalam hati Kirana benar-benar ingin menjadi juri tapi
ia ragu. Akhirnya...
“Baiklah
Mr, aku terima job ini. Aku harap,
aku bisa menjalankan tugas ini dengan baik.” Jawab Kirana memberikan senyuman
lega kepada Mr.Joe.
“Terima
kasih Kirana! Terima kasih sudah membantu dan saya tidak perlu repot-repot
lagi. Oke, kalau begitu saya pamit dulu, untuk masalah fee, saya akan beri kamu bonus..”
“Wah,
terima kasih Mr.Joe sudah mempercayakan saya, terima kasih..”
“Sampai
jumpa besok..” Mr.Joe memutar mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah Kirana,
masih dalam keadaan hujan..Y
Malam
hari, di kamar Kirana..
“Yang
ini bagus nggak ya, aduh kayaknya nggak.. yang ini? Hemm, nggak juga.. Aduuuhhh
jadi aku harus pake baju yang mana?? Oh ya besok kan acara dari Dinas
Kebudayaan, pasti baju nya harus formal atau.. aku pake batik aja deh! Hihi”
ucap Kirana berbicara sendiri yang daritadi mencoba puluhan baju didepan
cermin.
Hal
baru bagi Kirana menjadi juri, Kirana ingin melakukan yang terbaik dan ia ingin
besok menjadi hari yang mengesankan untuknya. Tiba-tiba terdengar bunyi pintu kamar Kirana terbuka.
“Kirana,
malam ini temenin mama cari sepatu di Palembang Square, disana banyak
sepatu-sepatu yang bagus. Besok mama jadi panitia di acara pernikahan anaknya
tante Lidya.” Ucap sang mama.
“Malam
ini ma?”
“Iya
sayang, kamu nggak mau? Yaudah mama minta temenin sama kak Wildan aja..”
“Mama,
tapi besok aku mau jadi juri di acara nya Dinas Kebudayaan. Aku harus persiapin
baju dan asesoris yang pas buat besok. Aku bingung ma, nggak ada baju yang pas
buat aku.”
“Gimana
kalau kita cari di mall?? Masih mau
nolak tawaran mama nih?” ucap mama Kirana sambil menggelitik perut Kirana yang
mungil.
“Ciyuuss?
Miapa?? Mau bangeeeett mama! Makasih ya ma..”
“Yuk,
siap-siap yang cantik ya anakku.”
“Beres
ma.”Y
Minggu
pagi yang cerah...
“Ma,
udah rapi kan? Bedak nya nggak menor kan ma?” Kirana melihat penampilannya di
depan cermin yang besar memperlihatkan seluruh badannya hingga ke kaki.
Tampaknya pagi itu membuat Kirana harus benar-benar berpenampilan spesial
seolah-olah Kirana akan mengikuti kontes tersebut.
“Udah
cantik anakku, rambutnya mama sisir lagi ya nak. ” Mama Kirana menyisir rambut
Kirana yang hitam tebal itu.
“Udah
ma, udah cantik kan? Yaudah aku pergi dulu ya ma, sudah jam 7 nih kan
perjalanannya jauh.
Kontes
Penyanyi Daerah tersebut dilaksanakan di Gedung PSCC, Palembang Sport and
Convention Center. Cukup jauh dari jarak rumah Kirana yang berada di Komplek
Pertamina Plaju. Kirana bergegas pamitan dengan mamanya dan segera menuju ke
mobil sedan silver yang dikendarainya. “Pergi ya ma, assalamualaikum.”
“Walaikumsallam,
hati-hati nak jangan ngebut, semoga acaranya lancar.”Y
Handphone layar sentuh
Kirana berdering, menandakan ada sebuah pesan dari layar handphone nya.
|
Seketika
pesan itu menyesakkan dadanya. Kirana lupa bahwa ia sudah berjanji dengan
Dannis, sahabat nya yang sedang putus cinta. Kirana langsung menelpon Dannis...
“Halo Dannis, lo
dimana? Maaf banget gue lupa kasih tau lo kalo hari ini gue jadi juri di acara
nya Dinas Kebudayaan. Gue harap lo ngerti ya, ini job dadakan gue, Nis.”
“Serius lo
batalin janji sama gue? Emang segitu penting ya tu acaranya? Lo nggak tau gue
lagi galau, pusing, emosi, gue butuh lo Kirana. Gue butuh lo.”
“Dannis maaf
banget Dannis, ngertiin gue. Gue sahabat lo, Nis. Gue pengen lo support gue
hari ini.”
“Terserah deh,
gue pusing.”
“Dannis, hallo?
Hallo? Dannis?!”
Percakapan
terhenti karena Dannis mematikan handphone nya. Sudah tidak asing lagi kalau
Dannis bertingkah seperti itu. Dannis memang tempramental dan suka marah-marah,
itulah sebab banyak cewek yang mutusin dia. Tapi Dannis nggak pernah sadar.
Seperti sekarang, ucapan Dannis seketika merusak mood Kirana yang sudah
bersemangat untuk menjadi juri. Benar-benar keterlaluan Dannis.
“Dannis
lo nggak pernah berubah ya dari pertama gue ngenal lo, walaupun gue udah biasa
sama tingkah lo tapi gue tetep sedih kalo lo terus-terusan kayak gini.” Celoteh
Kirana sambil meneteskan air mata nya, Kirana tak peduli bedaknya pudar atau lipgloss nya pun pudar. Sebelum ia
menjadi juri, ia ingin meluapkan segala kekesalan nya tersebut di dalam
mobilnya.Y
Langganan:
Postingan (Atom)